25 C
Indonesia

Ragnar Oratmangoen Ungkap Perbedaan Gaya Bermain Timnas Indonesia dan Belanda, Serta Pengalaman Menjadi Mualaf di Indonesia

Published:

JakartaRagnar Oratmangoen, salah satu pemain naturalisasi Timnas Indonesia, mengungkapkan bahwa gaya bermain sepak bola di Indonesia sangat berbeda dengan yang ia alami di Belanda. Pemain yang baru saja memeluk agama Islam ini, yang akrab disapa Wak Haji, mengakui bahwa pada awalnya ia merasa kesulitan beradaptasi dengan gaya bermain Timnas Indonesia yang lebih mengutamakan umpan jauh dan berlari.

Dalam sebuah podcast bersama Mamat Alkatiri di kanal YouTube Sport77 Official, Ragnar Oratmangoen berbagi pengalamannya bergabung dengan Timnas Indonesia di bawah asuhan pelatih Shin Tae-yong. Menurutnya, perbedaan yang cukup mencolok antara sepak bola di Indonesia dan Belanda adalah cara tim memainkan bola. Di Indonesia, lebih banyak dilakukan umpan panjang dan pergerakan cepat, sedangkan di Belanda, gaya permainan yang lebih diutamakan adalah umpan pendek dan kontrol bola yang lebih cermat.

Perbedaan Gaya Bermain Sepak Bola Indonesia dan Belanda

“Di Belanda, semua orang ingin bermain sepak bola yang baik, mulai dari belakang. Kalau kalian tidak bisa bermain operan pendek, maka operan panjang jadi pilihan di Indonesia. Di Belanda, mereka tidak menyukai bermain dengan umpan jarak jauh,” ujar Ragnar, yang kini bermain untuk FC Groningen.

Sebagai pemain yang berpengalaman di Eropa, Ragnar awalnya merasa harus menyesuaikan diri dengan gaya bermain yang lebih fisikal dan cepat di Indonesia. “Di Indonesia, yang pertama kali dilakukan adalah kerja keras, berlari, dan tidak bermain bola seperti yang saya kenal di Belanda,” jelasnya.

Meskipun menghadapi tantangan dalam menyesuaikan diri, Ragnar mengaku cepat beradaptasi dan tetap bersemangat untuk memberikan yang terbaik bagi Timnas Indonesia. Gaya bermain yang keras dan tak kenal lelah di Indonesia, menurutnya, menjadi bagian dari proses belajar dan beradaptasi.

Menjadi Mualaf dan Pengalaman di Indonesia

Ragnar Oratmangoen juga berbicara tentang pengalamannya sebagai seorang mualaf di Indonesia. Meski lahir dalam keluarga Nasrani di Belanda, ia memutuskan untuk memeluk agama Islam dan merasa nyaman tinggal di Indonesia. Ia merasa bahwa Indonesia menawarkan kebebasan yang lebih besar dalam menjalani kehidupan beragama, terutama dalam hal mendengarkan adzan dan merasakan kedamaian sebagai seorang Muslim.

“Saya merasa lebih nyaman di Indonesia karena bisa bebas mendengarkan adzan kapan saja dan di mana saja. Di Belanda, meskipun tidak begitu sulit, kamu tidak akan sebebas itu,” ungkap Ragnar. “Di Indonesia, saya merasa lebih diterima, karena orang Indonesia lebih toleran dibandingkan di Eropa yang terkadang mudah menghakimi.”

Kesimpulan: Adaptasi dan Kenyamanan di Indonesia

Meskipun menghadapi perbedaan dalam gaya bermain sepak bola dan perbedaan budaya, Ragnar Oratmangoen merasa nyaman dan senang tinggal di Indonesia. Toleransi dan kebebasan beragama yang ia rasakan di sini memberikan kenyamanan tersendiri baginya, yang menjadikannya semakin terikat dengan tanah air tempatnya bermain sepak bola. Keputusan untuk menjadi mualaf dan beradaptasi dengan kultur Indonesia semakin mempererat ikatannya dengan negara ini, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesionalnya di lapangan hijau.

Related articles

Recent articles

spot_img