25 C
Indonesia

Tindakan Arogan Guru SD Abdi Sukma Medan: Hukuman Duduk di Lantai Karena Tak Bisa Bayar SPP

Published:

Thetechomedia.com – Baru-baru ini, publik dihebohkan oleh tindakan tidak pantas yang dilakukan oleh Haryati, seorang guru di SD Swasta Abdi Sukma, Medan, Sumatera Utara. Haryati memberikan hukuman yang cukup kontroversial kepada salah satu siswanya yang berinisial MA (10), dengan memerintahkan siswa tersebut duduk di lantai sendirian. Hukuman ini diberikan karena MA tidak mampu membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) selama tiga bulan, yang menyebabkan biaya tersebut terakumulasi menjadi Rp180.000.

Hukuman Tidak Manusiawi Akibat Tunggakan SPP

Menurut informasi yang dilaporkan oleh Pojoksatu.id, Haryati memberi hukuman tersebut setelah mengetahui bahwa MA belum membayar iuran bulanan SPP yang sebesar Rp60.000, yang terakumulasi selama tiga bulan. Arogansi Haryati ini memicu reaksi keras dari masyarakat karena tindakan tersebut dinilai sangat tidak pantas, apalagi dilakukan terhadap anak usia dini.

Dalam unggahan di media sosial pada Senin (13/1/2025), akun @TukangBedah00 mengungkapkan bahwa Haryati adalah oknum guru yang bertindak tidak layak terhadap muridnya hanya karena masalah tunggakan SPP. Caption unggahan tersebut menyoroti betapa hukumannya sangat tidak adil, mengingat hanya ada tunggakan Rp180.000 yang relatif kecil jika dibandingkan dengan harga diri seorang anak.

Reaksi Orang Tua dan Keprihatinan Masyarakat

Kasus ini menjadi semakin viral setelah orang tua siswa, Kamelia (38), mengetahui peristiwa tersebut. Kamelia sangat kecewa dan merasa terpukul setelah mendapati anaknya dihukum dengan cara yang mempermalukan. MA mengungkapkan bahwa ia merasa malu harus duduk di lantai di depan teman-temannya. “Ini loh Buk, dia mau pergi sekolah nangis, dia bilang ‘mamak, aku malu duduk di bawah’. Di mana sih perasaan ibu?” ujar Kamelia, seperti yang dikutip dari portal thetechomedia.com.

Kamelia juga menegaskan bahwa ia tidak menyalahkan Haryati secara langsung, tetapi lebih kepada perlakuan tidak manusiawi yang dilakukan kepada anaknya. “Saya tidak menyalahkan ibu, saya menyalahkan bahwa ibu telah menganggap anak saya seperti binatang,” kata Kamelia dengan nada kecewa.

Kontroversi Sosial dan Reaksi Publik

Tindakan Haryati ini mendapat kecaman dari berbagai pihak, terutama di media sosial. Banyak pengguna yang mengkritik keras hukuman yang diberikan kepada anak tersebut, yang dinilai sebagai bentuk penghinaan terhadap martabat seorang anak. Banyak yang berpendapat bahwa biaya sekolah adalah tanggung jawab orang tua, dan tidak seharusnya anak dipermalukan hanya karena masalah tunggakan keuangan.

Perlakuan seperti ini mengundang perhatian publik dan menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Sebagian besar komentar mengutuk perlakuan Haryati yang dianggap melanggar etika profesi guru dan mengabaikan hak-hak dasar anak untuk dihormati.

Penutup: Tindakan yang Tidak Dapat Diterima

Peristiwa ini menunjukkan betapa pentingnya pendidikan karakter bagi para guru. Sebagai pengajar, mereka harus mampu menunjukkan sikap bijak dan penuh pengertian terhadap situasi yang dihadapi oleh siswa. Menghukum siswa dengan cara yang tidak manusiawi, apalagi karena masalah yang di luar kendali mereka, seperti keterbatasan ekonomi orang tua, adalah tindakan yang tidak dapat diterima.

Publik berharap agar kasus ini mendapat perhatian serius dari pihak berwenang, baik dari pihak sekolah maupun dinas pendidikan setempat, untuk memastikan bahwa hak-hak anak sebagai siswa dilindungi dengan baik, dan tindakan serupa tidak terulang di masa depan.

Related articles

Recent articles

spot_img