Polusi Udara Bangkok Semakin Parah, Ratusan Sekolah Ditutup pada Januari 2025

Uncategorized3 Dilihat

Polusi udara di Bangkok semakin memburuk, memaksa lebih dari 350 sekolah di ibu kota Thailand untuk ditutup pada Jumat (24/1/2025). Penutupan ini menjadi yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, akibat tingkat polutan yang terus meningkat. Sebagai langkah darurat, otoritas kota mengumumkan kebijakan transportasi umum gratis selama seminggu untuk mengurangi kemacetan dan polusi.

Polusi Udara Musiman yang Membahayakan Kesehatan

Polusi udara musiman merupakan masalah yang sudah lama melanda Thailand, khususnya pada musim dingin. Fenomena ini disebabkan oleh kombinasi udara dingin yang stagnan dengan asap pembakaran jerami dan polusi dari kendaraan bermotor. Pada Kamis (23/1/2025), polusi di Bangkok mencapai tingkat yang sangat tinggi, dengan lebih dari 250 sekolah terpaksa tutup. Warga diminta untuk bekerja dari rumah dan mengurangi penggunaan kendaraan berat demi mengurangi dampak polusi.

Pada Jumat pagi, polusi PM2,5 di Bangkok tercatat mencapai 108 mikrogram per meter kubik. Angka ini jauh melebihi batas aman yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang hanya memperbolehkan tingkat polutan PM2,5 tidak lebih dari 15 mikrogram per meter kubik dalam 24 jam. Kondisi ini menjadikan Bangkok sebagai salah satu kota besar paling tercemar di dunia.

Dampak Polusi pada Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat

Penutupan sekolah di Bangkok pada Jumat berdampak pada ribuan siswa. Sebanyak 352 sekolah di bawah Administrasi Metropolitan Bangkok memilih untuk menutup kegiatan belajar-mengajar untuk melindungi kesehatan siswa dan staf. Kebijakan ini menyoroti dampak buruk polusi terhadap pendidikan dan kesejahteraan anak-anak di ibu kota Thailand.

Menteri Dalam Negeri Thailand, Anutin Charnvirakul, telah mengeluarkan perintah untuk melarang pembakaran jerami, dengan ancaman hukuman bagi pelanggar. Hal ini dilakukan untuk mengurangi salah satu sumber utama polusi udara di wilayah tersebut. Pemerintah juga mulai mengambil langkah-langkah untuk menanggulangi krisis ini.

Kebijakan Darurat untuk Mengurangi Polusi

Untuk membantu mengurangi polusi lebih lanjut, otoritas Bangkok telah mengumumkan kebijakan transportasi umum gratis selama seminggu, dimulai pada Sabtu (25/1/2025). Kebijakan ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi di jalan dan mengurangi polusi yang dihasilkan dari transportasi. Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, juga menyerukan langkah-langkah tegas, termasuk pembatasan pembangunan di Bangkok serta upaya kolaborasi dengan negara-negara tetangga untuk mengatasi masalah polusi udara yang semakin buruk.

Polusi Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Anak-anak

Penutupan sekolah-sekolah di Bangkok terjadi di tengah laporan dari Unicef yang mengungkapkan bahwa sekitar 242 juta anak-anak di seluruh dunia terdampak oleh guncangan iklim pada tahun 2024. Laporan tersebut menyatakan bahwa polusi udara adalah salah satu dampak sekunder dari perubahan iklim yang dapat memperburuk masalah kesehatan, terutama bagi anak-anak yang sangat rentan terhadap efek buruk dari polusi.

Solusi Jangka Panjang untuk Mengatasi Polusi Udara

Pemerintah Thailand terus berupaya untuk menanggulangi masalah polusi udara di Bangkok dengan berbagai kebijakan dan larangan, termasuk upaya mengurangi pembakaran jerami dan meningkatkan kualitas transportasi publik. Meskipun kebijakan darurat seperti transportasi umum gratis memberikan sedikit bantuan, solusi jangka panjang yang lebih komprehensif dibutuhkan untuk mengatasi polusi udara yang semakin parah, demi melindungi kesehatan masyarakat, terutama anak-anak, dan meningkatkan kualitas udara di ibu kota Thailand.

Polusi udara di Bangkok merupakan masalah serius yang membutuhkan perhatian lebih, baik dari pemerintah Thailand maupun masyarakat internasional, untuk melindungi generasi mendatang dari dampak kesehatan yang buruk.